Kamis, 01 Mei 2008

AKDR progrestin

d) Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) Progestin
AKDR progestrin yaitu terdiri atas Prigestase (mengandung progesterone) dan Mirena (mengandung levonorgestrel). Kesuburan dapat segera kembali sesudah AKDR diangkat (Saifuddin, AB., dkk, 2003).
Pada pemasangan AKDR (Saifuddin, AB., dkk, 2003) diperlukan pemeriksaan dalam dan penyaringan infeksi genitalia sebelumnya dan butuh tenaga terlatih untuk pemasangan dan pencabutannya. AKDR Progestin juga tergolong mahal.
Efeksamping AKDR Progestin adalah pada penggunaan jangka panjang dapat terjadi amenorea. AKDR juga dapat mengakibatkan terjadinya perforasi uterus pada saat insersi (<1/1000kasus), kejadian kehamilan ektopik relatif tinggi, dan bertambahnya risiko mendapat penyakit radang panggul sehingga dapat menyebabkan infertilitas. Kandungan progestin pada kontrasepsi ini juga sedikit meningkatkan risiko trombosis sehingga perlu hati-hati pada perempuan perimenopause (risiko ini lebih rendah bila dibandingkan dengan pil kombinasi), dapat menurunkan kadar HDL-kolesterol pada pemberian jangka panjang sehingga perlu hati-hati pada perempuan dengan penyakit kardiovaskular), memperburuk perjalanan penyakit kanker payudara, mempengaruhi jenis-jenis tertentu hiperlipidemia, dan memicu pertumbuhan miom uterus.
AKDR Progestin cocok bagi ibu yang menginginkan kontrasepsi yang menginginkan kontrasepsi jangka panjang, menyusui, setelah melahirkan, paska abortus tanpa infeksi, tidak menghendaki metode hormonal, perokok, gemuk, maupun kurus (Saifuddin, AB., dkk, 2003).
7) Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
Saifuddin, Ab., dkk (2003) menyebutkan jenis AKDR sebagai berikut :
a) AKDR CuT-380A
Kecil, kerangka dari plastik yang fleksibel, berbentuk huruf T diselubungi oleh kawat halus yang terbuat dari tembaga (Cu), tersedia di Indonesia dan terdapat dimana-mana.
b) AKDR lain yang beredar di Indonesia adalah NOVA T (Schering).
Pembagian macam AKDR menurut Maryani, H (2003) adalah sebagai berikut :
(1) Copper-T
AKDR berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelen di mana pada bagian vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga halus. Lilitan kawat tembaga halus ini mempunyai efek antifertilisasi (anti pembuahan) yang cukup baik.

(2) Copper-7
AKDR ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan pemasangan. Jenis ini mempunyai ukuran diameter batang vertikal 32 mm dan ditambahkan gulungan kawat tembaga (Cu) yang mempunyai luas permukaan 200 mm2, fungsinya sama seperti halnya lilitan tembaga halus pada jenis Coper-T.
(3) Multi Load
AKDR ini terbuat dari dari plastik (polyethelene) dengan dua tangan kiri dan kanan berbentuk sayap yang fleksibel. Panjangnya dari ujung atas ke bawah 3,6 cm. Batangnya diberi gulungan kawat tembaga dengan luas permukaan 250 mm2 atau 375 mm2 untuk menambah efektivitas. Ada 3 ukuran multi load, yaitu standar, small (kecil), dan mini.
(4) Lippes Loop
AKDR ini terbuat dari bahan polyethelene, bentuknya seperti spiral atau huruf S bersambung. Untuk meudahkan kontrol, dipasang benang pada ekornya. Lippes Loop terdiri dari 4 jenis yang berbeda menurut ukuran panjang bagian atasnya. Tipe A berukuran 25 mm (benang biru), tipe B 27,5 mm 9 (benang hitam), tipe C berukuran 30 mm (benang kuning), dan 30 mm (tebal, benang putih) untuk tipe D. Lippes Loop mempunyai angka kegagalan yang rendah. Keuntungan lain dari pemakaian spiral jenis ini ialah bila terjadi perforasi jarang menyebabkan luka atau penyumbatan usus, sebab terbuat dari bahan plastik.
Pemasangan AKDR dapat dilakukan oleh dokter atau bidan yang telah dilatih secara khusus. Pemeriksaan secara berkala harus dilakukan setelah pemasangan satu minggu, lalu setiap bulan selama tiga bulan berikutnya. Pemeriksaan selanjutnya dilakukan setiap enam bulan sekali (Maryani, 2002). AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan, metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380A dan tidak perlu diganti).
AKDR tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI, dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus (apabila tidak terjadi infeksi), dapat digunakan sampai menopause (1 tahun atau lebih setelah haid terakhir ), tidak ada interaksi dengan obat-obat, dan dapat membantu mencegah kehamilan ektopik (Saifuddin, AB., dk,2003).
Keluhan yang dijumpai pada penggunaan AKDR adalah terjadinya sedikit perdarahan, bisa juga disertai dengan mules yang biasanya hanya berlangsung tiga hari. Tetapi, jika perdarahan berlangsung terus-menerus dalam jumlah banyak, pemakaian AKDR harus dihentikan. Pengaruh lainnya terjadi pada perangai haid. Misalnya, pada permulaan haid darah yang keluar jumlahnya lebih sedikit daripada biasa, kemudian secara mendadak jumlahnya menjadi banyak selama 1--2 hari. Selanjutnya kembali sedikit selama beberapa hari. Kemungkinan lain yang terjadi adalah kejang rahim (uterine cramp), serta rasa tidak enak pada perut bagian bawah. Hal ini karena terjadi kontraksi rahim sebagai reaksi terhadap AKDR yang merupakan benda asing dalam rahim. Dengan pemberian obat analgetik keluhan ini akan segera teratasi. Selain hal di atas, keputihan dan infeksi juga dapat timbul selama pemakaian AKDR (Maryani, H., 2003).
Selain keluhan-keluhan di atas, ekspulsi juga sering dialami pemakai AKDR, yaitu AKDR keluar dari rahim. Hal ini biasanya terjadi pada waktu haid, disebabkan ukuran AKDR yang terlalu kecil. Ekspulsi ini juga dipengaruhi oleh jenis bahan yang dipakai. Makin elastis sifatnya makin besar kemungkinan terjadinya ekspulsi. Sedangkan jika permukaan AKDR yang bersentuhan dengan rahim (cavum uteri) cukup besar, kemungkinan terjadinya ekspulsi kecil.
AKDR (Saifuddin, AB., dkk, 2003) tidak mencegah IMS, HIV, AIDS, tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan yang sering berganti pasangan, penyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS memakai AKDR, PRP dapat memicu infertilitas. Prosedur medis termasuk pemeriksaan pelvik diperlukan dalam pemasangan AKDR (seringkali perempuan takut selama pemasangan), klien tidak dapat melepas AKDR oleh dirinya sendiri (petugas terlatih yang harus melepaskan AKDR), tidak mencegah terjadinya kehamilan ektopik karena fungsi AKDR untuk mencegah kehamilan normal, perempuan harus memeriksa posisi benang AKDR dari waktu ke waktu. Untuk melakukan ini perempuan harus memasukkan jarinya kedalam vagina (sebagian prempuan tidak mau melakukan hal ini).
AKDR (Saifuddin, AB., dkk, 2003) dapat digunakan oleh semua ibu pada usia reproduktif, keadaan nulipara, paska melahirkan dan tidak mau menyusui bayinya, setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi, risiko rendah IMS, tidak menghendaki metode hormonal, tidak menyukai untuk mengingat-ingat minum pil setiap hari, tidak menghendaki kehamilan setelah 1- hari sengama, perokok, sedang memakai antibiotika atau antikejang, gemuk ataupun kurus, sedang menyusui, Penderita tumor jinak payudara, kanker payudara, pusing-pusing, sakit kepala, tekanan darah tinggi, varises ditungkai atau di vulva, penderita penyakit jantung (termasuk penyakit jantung katup dapat diberi antibiotika sebelum pemsangan AKDR), pernah menderita stroke, penderita diabetes, penderita penyakit hati atau empedu, malaria, skistosomiasi (tanpa anemia), penyakit tiroid, epilepsi, nonpelvik TBC, setelah kehamilan ektopik, dan setelah pembedahan pelvic.
AKDR tidak dapat digunakan oleh ibu dengan perdarahan vagina yang tidak diketahui (sampai dapat dievaluasi), sedang menderita infeksi genital (vaginitis, servisitis), tiga bulan terakhir sedang mengalami atau sering menderita PRP atau abortus septic, kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim yang dapat mempengaruhi kavum uteri, penyakit trofoblas yang ganas, diketahui menderita TBC pelvic, kanker alat genital, ukurang rongga rahim kurang dari 5 cm (Saifudin, AB., dkk, 2003).
Sedangkan kontraindikasi AKDR menurut Maryani (2002) adalah belum pernah melahirkan; adanya perkiraan hamil; kelainan alat kandungan bagian dalam seperti: perdarahan yang tidak normal dari alat kemaluan; perdarahan di leher rahim; dan kanker rahim.

0 komentar: